Presiden Turki, Tayyip Erdogan, mengatakan bahwa Jerman mendukung Israel dalam perang Gaza karena merasa bersalah atas Holocaust di masa lalu. Erdogan menyebut bahwa Turki dapat berbicara tanpa bias, tidak seperti Jerman.
“Pertempuran antara Israel dan Palestina tidak boleh dinilai dengan beban psikologis. Saya berbicara dengan bebas karena kita tidak berutang apapun kepada Israel,” ujar Erdogan seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (18/11/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan Erdogan pada konferensi pers bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz, Jumat (17/11/2023) lalu. Setelah itu, keduanya melakukan pembicaraan secara pribadi.
Erdogan menegaskan bahwa mereka yang merasa berutang budi kepada Israel tidak dapat berbicara dengan bebas. Ia juga menyinggung identitas Jerman pasca perang, yang didasarkan pada penebusan kesalahan akibat Holocaust.
Sementara itu, Scholz tidak menanggapi langsung pernyataan Erdogan, namun ia kembali menegaskan komitmen Jerman terhadap hak Israel untuk membela diri. Scholz juga menyatakan bahwa semua nyawa berharga, dan penderitaan di Gaza membuat pihaknya sedih.
Perjalanan Erdogan ke Jerman merupakan kunjungan pertamanya dalam empat tahun. Kunjungan tersebut diyakini dapat mendukung peningkatan hubungan antara Turki dengan Uni Eropa dan bebas visa perjalanan ke Uni Eropa bagi warga Turki, serta bantuan Ankara dalam mengurangi migrasi ke Uni Eropa.
Namun, perundingan tersebut menjadi terhalang oleh konflik Israel-Hamas yang terus berlangsung. Sejak konflik dimulai, Jerman mengalami peningkatan antisemitisme dan Islamofobia, dan mendapat kritik karena mempersulit menyelenggarakan protes pro-Palestina.