Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa sebanyak 195,9 juta jiwa masyarakat Indonesia berada di wilayah rawan bencana alam. Hal ini disebabkan oleh posisi geografis Indonesia yang rentan terhadap gempa bumi, erupsi gunung api, gerakan tanah, dan tsunami.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, P. Hadi Wijaya, menyatakan bahwa setiap tahun terdapat lebih dari 800 kejadian gerakan tanah di Indonesia. Dengan adanya zona kerentanan gerakan tanah yang meliputi 40,9 juta jiwa, mitigasi bencana geologi sangat diperlukan.
Upaya mitigasi dapat dilakukan melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat, pembangunan infrastruktur tahan bencana, pengelolaan risiko bencana, dan peringatan dini. Dengan pendekatan yang terstruktur, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat bencana geologi.
Selain menyoroti gerakan tanah, Indonesia juga mengalami kejadian gempa bumi dan tsunami. Dalam rentang waktu 2000 hingga 2024, Indonesia mencatat sekitar 12-15% dari total kejadian gempa bumi di dunia. Supartoyo, Penyelidik Bumi Utama PVMBG, mencatat bahwa Indonesia memiliki 127 gunung api aktif yang selalu dipantau untuk mengantisipasi erupsi.
Indonesia, yang terletak di zona aktif tektonik, memiliki risiko bencana geologi yang tinggi. Namun, negara ini juga memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Oleh karena itu, keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan pengelolaan risiko bencana menjadi penting bagi Indonesia.