Sri Mulyani Mengungkap Penurunan Setoran Bea Cukai Mei sebesar 7,8%

by -178 Views

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa penerimaan sektor kepabeanan dan cukai mencapai Rp 109,1 triliun pada bulan Mei 2024. Angka ini mengalami penurunan sebesar 7,8% dibandingkan dengan penerimaan sektor kepabeanan dan cukai pada bulan Mei 2023.

Menurutnya, penurunan ini disebabkan oleh bea masuk dan cukai hasil tembakau. Sri Mulyani menyebutkan bahwa bea masuk berkontribusi sebesar Rp 20,3 triliun, mengalami kontraksi sebesar 0,5%. “Penerimaan bea masuk mengalami kontraksi karena rata-rata tarif kita turun atau sangat rendah,” ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi Mei, Kamis, (27/6/2024).

Sri Mulyani juga menjelaskan bahwa tarif efektif bea masuk turun dari 1,4% menjadi 1,34% pada bulan Mei. Selain itu, terjadi penurunan nilai impor sebesar 0,4%. “Jadi dalam hal ini volume impor tidak naik dan tarifnya juga mengalami penurunan, sehingga penerimaan bea masuk tetap di Rp 4,6 triliun,” katanya.

Dia melaporkan bahwa penerimaan bea keluar malah meningkat drastis menjadi Rp 7,7 triliun atau naik 49,6%. Peningkatan ini dipengaruhi oleh bea keluar komoditas tembaga sebesar Rp 6,13 triliun atau tumbuh 1.135%. “Ini karena implementasi kebijakan relaksasi ekspor tembaga atau mineral, sambil menunggu pembangunan smelter,” katanya.

Namun, penurunan terjadi pada bea keluar produk sawit, yang mengalami penurunan sebesar 67%. Hal ini disebabkan oleh pelemahan harga Crude Palm Oil di pasar global dan penurunan volume ekspor CPO.

Untuk penerimaan cukai, Sri Mulyani melaporkan bahwa per Mei mencapai Rp 81,1 triliun atau 33% dari target. Penerimaan cukai turun karena para produsen beralih memproduksi rokok golongan 3 yang memiliki tarif rendah. Sementara produksi rokok golongan 1 dan 2 cenderung menurun. “Produsen banyak beralih ke golongan 3, hal ini menimbulkan implikasi yang tidak diinginkan,” ujarnya.