Akses ke pemakaman di Gaza, Palestina telah ditutup. Namun, karena korban jiwa terus bertambah, banyak jenazah harus dikuburkan di tempat-tempat darurat seperti alun-alun, rumah sakit, jalan, taman bermain, gedung pernikahan, hingga pasar.
Penguburan di tempat-tempat darurat ini dilakukan karena sulitnya mencapai pemakaman akibat terus berlanjutnya agresi.
Seorang warga Palestina mengatakan bahwa penguburan ini hanya sementara sampai gencatan senjata diumumkan atau pertempuran berhenti. Setelah itu, jenazah akan dipindahkan ke pemakaman resmi di kota-kota.
Rami Abdu, Kepala Observatorium Euro-Mediterania untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan bahwa lebih dari 120 kuburan massal darurat telah didokumentasikan di wilayah Jalur Gaza untuk menguburkan korban perang Israel yang sedang berlangsung.
Banyak keluarga memilih opsi penguburan di tempat-tempat darurat ini karena sulitnya mencapai pemakaman utama akibat penutupan jalan, kerusakan infrastruktur, dan operasi penargetan yang sedang berlangsung.
Kompleks Medis Al-Shifa dan Rumah Sakit Al-Quds juga telah menjadi tempat penguburan darurat akibat agresi yang terus berlangsung. Situasi ini menimbulkan kesulitan besar bagi rumah sakit dalam menerima korban meninggal.
Pada tanggal 14 November, tentara Israel menyerbu kompleks medis Al-Shifa setelah mengepungnya selama beberapa hari. Situasi serupa juga terjadi di Rumah Sakit Al-Quds dan Rumah Sakit Indonesia di bagian utara Jalur Gaza.
Pemerintah Palestina memutuskan untuk menguburkan sejumlah korban di taman kecil di gedung baru selama periode pengepungan karena jenazah mereka mulai membusuk.
Situasi ini menunjukkan betapa sulitnya kondisi di Jalur Gaza akibat konflik yang sedang berlangsung.