Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicolas Mandey mengungkapkan dampak besar dari boikot produk Israel oleh masyarakat Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi. Dia menyatakan bahwa penjualan produk fast moving consumer goods (FMCG) atau produk sehari-hari secara umum turun hingga 40% hingga saat ini. Menurut Roy, polanya sesuai dengan prinsip pareto dalam manajemen bisnis.
Roy memperkirakan bahwa penurunan penjualan produk FMCG makanan dan minuman dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2023 semakin melambat ke level 4,57%-4,6%, setelah perlambatan pertumbuhan pada kuartal III-2023 di level 4,9%. Dia juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi 2023 secara total hanya akan mencapai level 4,8%, karena pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2023 tumbuh di bawah 5% secara beruntun.
Roy juga mengingatkan bahwa jika dampak boikot berlanjut, pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun karena penurunan permintaan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, dia menyarankan agar pemerintah segera memberikan respon dan edukasi kepada masyarakat mengenai produk-produk yang tidak harus terdampak oleh boikot.
Selain itu, Roy juga menyoroti pentingnya aksi kemanusiaan dan diplomasi perdamaian untuk membantu masyarakat Palestina yang terdampak perang Israel. Dia juga berharap pemerintah dapat memberikan stimulus dan langkah-langkah tepat untuk memulihkan kondisi tekanan ekonomi dari aksi boikot.
Dengan demikian, upaya diplomasi perdamaian dan penanganan kondisi ekonomi sebagai akibat dari boikot produk Israel diyakini akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.