Pasukan Israel saat ini sedang melancarkan operasi darat tahap baru melawan kelompok Hamas di Gaza. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut ini sebagai fase kedua dari perang tiga minggu yang bertujuan untuk menghancurkan kelompok militan di Palestina. Penduduk Gaza saat ini terkepung dan hampir tidak bisa mengakses komunikasi dan internet akibat serangan dari pesawat dan tank tempur Israel.
Para panglima militer Israel juga mengisyaratkan bahwa mereka bersiap untuk melakukan serangan darat yang lebih luas. Netanyahu memperingatkan Israel akan menghadapi perang yang “panjang dan sulit”, tetapi tidak menyebut serangan saat ini sebagai invasi ke Palestina.
Meskipun pemerintahan Joe Biden menyarankan Israel untuk menunda serangan, Netanyahu menolak dan berjanji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan lebih dari 200 sandera yang ditahan oleh Hamas.
Israel telah memperketat blokade dan membom Gaza selama tiga minggu sejak serangan Hamas pada 7 Oktober. Otoritas medis di Gaza melaporkan bahwa 7.650 warga Palestina tewas dalam kampanye Israel untuk menghancurkan Hamas.
Di sisi lain, penduduk Gaza mengalami penderitaan yang semakin buruk, termasuk kekurangan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan. Komunikasi mereka juga terputus akibat pemadaman telepon dan internet. Meskipun begitu, Kepala Juru Bicara Militer Israel menolak untuk mengungkap apakah Israel bertanggung jawab atas pemadaman tersebut.
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin meningkat, dengan banyak bangunan yang hancur dan sulitnya mendapatkan perlindungan bagi warga sipil. Kecaman internasional pun juga semakin meningkat atas jumlah korban dan seruan untuk memberikan bantuan serta “jeda kemanusiaan”.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, menyebut situasi di Gaza sebagai perang genosida dan pembantaian yang dilakukan oleh Israel. Warga Gaza dan pejuang Palestina terus berjuang dalam kondisi yang sulit, berusaha bertahan dari serangan Israel.