Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi di Myanmar masih terus memanas. Pasukan pemberontak terus mencoba mendesak kekuatan kelompok junta militer, yang melakukan kudeta pada tahun 2021 lalu. Myawaddy, sebuah pos perdagangan penting antara Myanmar dan Thailand berhasil direbut pasukan pemberontak dari junta yang berkuasa pekan lalu. Di pinggiran kota, nampak kerusakan parah yang diwarnai ratanya beberapa bangunan serta banyaknya lubang peluru. Pemberontak yang berperang melawan pasukan junta di Myawaddy menggambarkan militer telah mengalami demoralisasi dan tidak mau mempertahankan posisinya.
“Kami berhasil merebut tiga pangkalan dan menguasai wilayah tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Kemudian, mereka melarikan diri,” ujar komandan unit pemberontak, Saw Kaw, dikutip dari Reuters, Sabtu (20/4/2024). Dalam pertempuran memperebutkan Myawaddy, pasukan pimpinan milisi etnis Karen, KNU, mengepung kota tersebut dan mendorong pemerintahan junta setempat hingga mencapai titik kehancuran sebelum mengambil alih. Saat ini, sekitar 200 tentara junta masih terjebak di dekat jembatan antara Myawaddy dan Thailand. Mereka dapat memilih untuk menyerah kepada Thailand atau KNU.
Jatuhnya Myawaddy berarti dua penyeberangan perbatasan darat terpenting di Myanmar berada di tangan perlawanan. Pasalnya, tahun lalu, pemberontak mengklaim kendali atas Muse, dekat perbatasan China. “Keberhasilan pemberontak kini telah memutus kekuasaan junta yang kekurangan uang di hampir seluruh perbatasan darat utama negara itu, dengan perekonomian terjun bebas dan kemiskinan meningkat dua kali lipat sejak tahun 2017,” menurut data PBB. Lembaga pemikir Institut Strategi dan Kebijakan-Myanmar (ISP) yang berbasis di Thailand mengatakan dalam perkiraannya setelah jatuhnya Myawaddy bahwa junta telah kehilangan 60% pendapatan bea cukai berbasis darat. “Hal ini membuat junta, yang gagal menghalau serangan besar pemberontak sejak Oktober, berada pada posisi terlemah sejak kudeta pada tahun 2021 terhadap pemerintahan sipil terpilih Aung San Suu Kyi,” tutur para analis.
Meski begitu, analis keamanan yang berbasis di Bangkok, Anthony Davis memperkirakan junta akan berupaya merebut kembali Myawaddy dalam beberapa minggu mendatang untuk menghalangi akses perlawanan ke jalur perdagangan vital. Sekitar 14% dari total perdagangan Myanmar melalui perbatasan darat antara April 2023 dan Maret 2024, dengan total sekitar US$ 1,15 miliar (Rp 18,6 triliun), dilakukan melalui Myawaddy. “Junta ingin mendapatkan kembali kendali atas Myawaddy, pusat perdagangan penting dan pintu gerbang utama ke Asia Tenggara,” kata Davis.
Posisi Thailand
Negara tetangga seperti Thailand, yang sebelumnya fokus untuk melibatkan junta, sudah mulai memikirkan kembali pendirian mereka terhadap konflik tersebut. Wakil Menteri Luar Negeri Thailand Sihask Phuangketkeow mengatakan pada Rabu bahwa pejabat keamanan Thailand telah berkomunikasi dengan KNU dan kelompok lainnya. Ia menyebut Bangkok terbuka untuk lebih banyak dialog, khususnya dalam isu kemanusiaan. “Kami tidak memihak militer Myanmar secara membabi buta, tetapi karena kami menginginkan perdamaian, kami harus berbicara dengan mereka.”