Konflik di Laut Merah Menelan Korban Baru: Inggris

by -138 Views

Kondisi Laut Merah yang semakin memanas terus membawa dampak kolateral bagi dunia. Ini disebabkan pentingnya perairan itu sebagai jalur pelayaran internasional.
Kelompok Houthi di Yaman terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal yang terafiliasi Israel dan sekutunya, AS dan Inggris sebagai bentuk solidaritas terhadap milisi Palestina, Hamas, dan warga Gaza.
Gangguan di perairan itu memaksa banyak kapal logistik, memutari Benua Afrika untuk mencapai Laut Tengah dan Eropa. Hal ini mempengaruhi waktu pelayaran yang sebelumnya akan lebih cepat dan efisien dengan melewati Laut Merah.
Inggris juga merasakan dampak dari gangguan ini. Pabrik-pabrik di Inggris memasuki tahun baru dengan memangkas produksi dan investasi sebagai tanda bahwa meningkatnya ketegangan di Laut Merah merugikan kemampuan produsen untuk mengakhiri kontraksi yang sudah berlangsung selama hampir satu tahun.
Gangguan pasokan di Laut Merah memicu kembali inflasi di sektor manufaktur, dengan aktivitas dan kepercayaan bisnis sebagian didorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat pada tahun 2024.
Survei mengenai pertumbuhan ekonomi Inggris menunjukkan angka 52,5 pada bulan Januari, level tertinggi dalam tujuh bulan. Namun indeks manufaktur mencapai angka 47,3 yang menunjukkan kontraksi.
Dampak dari gangguan di Laut Merah juga dirasakan oleh negara lain, seperti Malaysia dan Jerman. Malaysia mengalami kenaikan biaya pengiriman dari Port Klang ke pelabuhan utama Eropa, Rotterdam. Sedangkan Jerman, manufaktur terganggu dengan produksi pabrik mobil Tesla di Berlin yang harus ditangguhkan dan industri kimia juga terdampak.
Dampak dari keterbatasan transportasi di Laut Merah diperkirakan akan menjadi masalah setidaknya pada paruh pertama tahun 2024.