Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah menunjuk Gabriel Attal (34) sebagai perdana menteri (PM) baru negara tersebut pada Selasa (9/1/2024). Attal, yang sebelumnya menjabat sebagai menteri pendidikan, menjadi orang termuda yang menduduki jabatan tertinggi kedua di Prancis.
Perombakan kabinet dilakukan menjelang Olimpiade Paris pada bulan Juli-Agustus, serta pemilihan parlemen di mana Macron berisiko kalah di tangan oposisi sayap kanan yang dipimpin oleh Marine Le Pen. Diperkirakan perombakan kabinet yang lebih luas akan terjadi minggu ini.
Macron memilih Attal untuk membentuk pemerintahan, dengan harapan bahwa ia dapat diandalkan dalam menjalankan tugasnya. Di bawah kepemimpinannya, Macron menghadapi sejumlah tantangan seperti reformasi pensiun yang tidak populer, kehilangan mayoritas dalam pemilihan parlemen, dan kontroversi mengenai undang-undang imigrasi.
Gabriel Attal dikenal sebagai juru bicara pemerintah Prancis selama pandemi Covid-19 dan menjadi salah satu politisi yang paling populer di negara tersebut. Ia juga secara terbuka menyatakan diri sebagai gay setelah bergabung dengan pemerintahan pada tahun 2018.
Pada saat menjadi menteri pendidikan, Attal juga mengumumkan larangan pemakaian abaya di ruang kelas, dengan alasan bahwa pakaian itu menguji sekularisme di sekolah negeri di Prancis. Attal juga aktif dalam mengurangi permasalahan perundungan di sekolah, karena ia sendiri pernah mengalami pelecehan semasa pendidikan di sekolah. Diketahui bahwa ayah Attal adalah keturunan Yahudi Tunisia dan ibunya berasal dari Rusia.