Jakarta, CNBC Indonesia – China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping terus menunjukkan eksistensinya sebagai negara besar di dunia. Beijing telah merencanakan bagaimana dunia harus bekerja saat China terus menantang kepemimpinan global Amerika Serikat (AS).
Visi Xi, meskipun dikemas dalam bahasa abstrak, merangkum dorongan Partai Komunis China untuk membentuk kembali sistem internasional yang dianggap tidak adil dan menguntungkan AS dan sekutunya.
“Perubahan di dunia, zaman kita, dan perubahan penting dalam sejarah sedang terjadi dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Xi di Forum Belt and Road di Beijing sebagaimana dilaporkan CNN International, Jumat (10/11/2023).
“China akan melakukan upaya tanpa henti untuk mencapai modernisasi bagi semua negara dan berupaya membangun masa depan bersama bagi umat manusia.”
Dipandang sebagai saingan dengan sikap mereka yang semakin tegas dan otoriter, Beijing percaya bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengubah sistem tersebut dan keseimbangan kekuatan global untuk memastikan kebangkitan China dan menolak upaya untuk melawannya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Beijing telah mempromosikan model alternatifnya melalui dokumen kebijakan besar dan “inisiatif global” baru, serta pidato, pertemuan diplomatik, forum, dan pertemuan internasional besar dan kecil, dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan di seluruh dunia.
Bagi banyak pengamat, kampanye ini telah menimbulkan kekhawatiran bahwa dunia yang mencontoh peraturan Beijing juga merupakan dunia dimana ciri-ciri pemerintahannya yang keras dan otokratis, seperti pengawasan ketat, sensor, dan represi politik, dapat menjadi praktik yang diterima secara global.
Namun dorongan China ini muncul ketika perang, ketidakstabilan kebijakan luar negeri pemilu, dan polarisasi politik yang mendalam telah meningkatkan pertanyaan mengenai kepemimpinan global AS.
Tatanan Dunia Baru
Dokumen kebijakan berisi lebih dari 13.000 kata yang dirilis oleh Beijing pada bulan September menguraikan visi China untuk tata kelola global dan mengidentifikasi apa yang dilihatnya sebagai sumber tantangan global saat ini.
“Tindakan hegemonik, kasar, dan agresif beberapa negara terhadap negara lain menyebabkan kerugian besar dan membahayakan keamanan dan pembangunan global,” bunyi dokumen itu.
“Di bawah komunitas global dengan masa depan bersama yang diusung Xi, pembangunan dan stabilitas ekonomi diprioritaskan karena negara-negara memperlakukan satu sama lain secara setara dan bekerja sama demi kemakmuran bersama.”
Di masa depan, dokumen itu menyebutkan setiap juga akan bebas dari blok politik, persaingan ideologis dan aliansi militer, dan bertanggung jawab untuk menegakkan nilai-nilai universal yang selama ini ditentukan oleh segelintir negara Barat.
Inisiatif-inisiatif ini mencerminkan beberapa poin pembicaraan lama Beijing dan sebagian besar tidak memberikan rincian dan banyak retorika.
Namun secara keseluruhan, kata para analis, hal-hal tersebut menunjukkan bahwa sistem yang dipimpin AS tidak lagi cocok untuk era saat ini dan menandakan dorongan bersama untuk membentuk kembali tatanan pasca-Perang Dunia II.