Konflik antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza yang terjadi saat ini telah menewaskan ribuan korban jiwa. Konflik mematikan ini mengundang trauma bagi warga yang mengalaminya termasuk yang dirasakan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya asal Gaza yakni Sondos Jehad Shnewra.
Mengutip laman UM Surabaya, Sondos menceritakan bagaimana situasi mencekam di sana. Ia mempunyai trauma mendalam sebagai anak muda yang tumbuh di wilayah konflik tersebut.
“Sebagai anak yang tumbuh dan besar di Gaza, saya punya trauma yang mendalam. Saya melihat kematian perempuan dan anak-anak kecil begitu mengerikan,” ujar Sondos dikutip laman UM Surabaya, Senin (16/10/2023).
Sondos bercerita sembari meneteskan air mata lantaran kehilangan komunikasi dengan keluarganya yang berada di Palestina. Sebelumnya, keluarga Sondos mengabari bahwa mereka dalam keadaan baik, namun saat ini ia putus kontak dengan keluarga.
“Terakhir komunikasi kemarin masih baik-baik saja, sekarang nggak bisa komunikasi karena internet diputus,” ungkapnya.
Sondos memutuskan berkuliah di UM Surabaya karena menurutnya Indonesia merupakan negara yang aman dan sangat mendukung Palestina. Tak cuma Sondos, kakaknya pun saat ini tengah menyelesaikan studi di Indonesia.
Perempuan asal Gaza ini sendiri berhasil menerima beasiswa LazisMu Jatim sehingga bisa studi S2 Pendidikan Agama Islam di UM Surabaya. Keberadaanya di Indonesia ia harap bisa memberi nama baik bagi Palestina di tanah air.
Tak bisa dipungkiri, walau mahasiswa lainnya ikut menyerukan aksi dukung Palestina, tetapi Sondos masih merasakan kesedihannya. Kepada masyarakat Indonesia, Sondos meminta doa untuk keselamatan keluarganya di Palestina.
“Merasa sedih karena kondisi saat ini banyak korban dan juga banyak kejadian. Internet tidak bisa, nggak bisa menghubungi keluarga. Berharap supaya negara lain bisa ikut membantu. Saya minta doa kepada masyarakat Indonesia,” pintanya lagi.
Bersama kawan-kawan mahasiswa dan civitas akademika UM Surabaya, Sondos menggelar salat gaib di masjid kampus. Hal tersebut dilakukan untuk mendoakan saudara-saudaranya yang sedang menghadapi pertempuran di Palestina.
Menurut Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UM Surabaya, M Febriyanto Firman Wijaya sholat gaib bisa dijadikan sarana dalam mendukung dan mendoakan warga Palestina. Dengan doa yang banyak dipanjatkan masyarakat, ia berharap adanya kedamaian antara kedua negara tersebut.
“Semoga di masa mendatang perdamaian dan ketertiban bisa segera terwujud di seluruh dunia. Sehingga semua masyarakat dunia bisa hidup secara normal dan berdampingan secara damai,” tuturnya.