UE Bersiap Jatuhkan ‘Bom’ Terbesar ke Rusia: Negara Penghalang

Uni Eropa Hampir Capai Kesepakatan Politik untuk Sanksi ke-18 terhadap Rusia

Negara-negara anggota Uni Eropa (UE) kabarnya hampir mencapai kesepakatan politik terkait paket sanksi ke-18 terhadap Rusia sebagai respons terhadap invasi Moskow ke Ukraina. Meskipun semua elemen dalam paket sanksi tersebut telah disepakati sehari sebelumnya, masih ada satu negara anggota yang menolak sebagian usulan sanksi, terutama soal batas harga minyak Rusia.

Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, optimistis bahwa kesepakatan politik untuk paket sanksi ke-18 dapat segera dicapai. Tetapi, negosiasi masih terganjal oleh penolakan satu negara anggota terhadap proposal penetapan batas harga minyak Rusia yang lebih rendah. Meski demikian, Kallas menyatakan bahwa proposal tersebut masih berjalan dan pihaknya sedang berupaya menyelesaikan perbedaan pandangan yang ada.

Paket sanksi baru ini diajukan oleh Komisi Eropa sebagai bagian dari tekanan ekonomi dan strategis yang terus diberlakukan kepada Rusia. Fokus utamanya adalah mengikis pendapatan energi Rusia, memperketat kontrol perbankan, dan melemahkan industri militer Rusia. Beberapa poin penting dalam proposal sanksi ke-18 mencakup larangan transaksi dengan infrastruktur pipa gas Nord Stream milik Rusia, pembatasan aktivitas bank yang terlibat dalam praktik penghindaran sanksi, dan penerapan batas harga mengambang untuk ekspor minyak mentah Rusia.

Meskipun paket sanksi ke-18 diharapkan menjadi salah satu yang paling ambisius, proses pengambilan keputusan di UE mensyaratkan persetujuan bulat dari seluruh negara anggota. Ini membuat proses negosiasi menjadi rumit dan penuh kompromi. Sejauh ini belum disebutkan secara resmi negara mana yang masih mengajukan keberatan, tetapi diskusi terus berlangsung agar kesepakatan politik bisa dicapai dalam pertemuan yang berlangsung di Brussels, Belgia. Semoga semua negara anggota bisa mencapai kesepakatan untuk sanksi yang dapat memberikan tekanan lebih lanjut kepada Rusia atas invasinya terhadap Ukraina.

Source link