Soeharto Dipercaya Menyiapkan Mba Tutut Sebagai Calon Pewaris Kepresidenan

by -160 Views

Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, secara resmi menjadi calon wakil presiden yang berpasangan dengan Prabowo Subianto setelah mendaftarkan diri ke KPU pada Rabu (25/10). Pencalonan ini menuai kontroversi karena Gibran selain sebagai Walikota Solo, juga merupakan putra dari Presiden Jokowi. Secara hukum, tidak ada masalah dengan pencalonan ini. Namun, banyak orang menyebut pencalonan ini sebagai upaya Jokowi untuk menciptakan dinasti politik agar keturunan kepemimpinannya dapat berlanjut.

Jokowi sendiri sudah membantah hal ini. Namun, dalam sejarah pernah terjadi situasi serupa di era Soeharto. Pada tahun 1997, putri Soeharto yang bernama Tutut menjadi Ketua Fraksi Golkar di MPR. Banyak yang menduga bahwa keterlibatan keluarga Cendana di Golkar terkait erat dengan suksesi kepemimpinan Soeharto. Tutut menjadi sorotan karena banyak yang menduga bahwa suksesi akan jatuh ke tangannya. Saat itu, Salim Said, seorang akademisi yang menjadi penasihat fraksi Golkar di MPR dan dekat dengan Tutut, memaparkan skenario yang dia yakini sedang dipersiapkan oleh Soeharto untuk menggantikan dirinya.

Menurut Said, Soeharto sudah mempersiapkan Tutut untuk masa depan kepemimpinan sejak tahun 1993. Tutut dan Bambang, anak-anak Soeharto, didukung oleh Soeharto untuk terjun ke dunia politik dan menjadi pengurus Golkar. Tutut bahkan mendapatkan posisi yang cukup tinggi di Golkar saat pertama kali bergabung, yaitu Wakil Ketum Golkar mendampingi Ketum Harmoko. Bambang juga menduduki posisi bendahara.

Tidak hanya memberikan posisi kepada Tutut di Golkar, Soeharto juga berupaya menyatukan Tutut dengan dua kekuatan besar lainnya, yaitu ABRI dan kekuatan Islam terutama dari kalangan NU dan Gus Dur. Strategi Soeharto berhasil, Tutut semakin dikenal baik di kalangan akar rumput maupun elite. Pada Pemilu 1997, Golkar memenangkan pemilihan dan Tutut mendapatkan jabatan yang lebih strategis yaitu Ketua Fraksi Golkar di MPR.

Dalam bukunya, Salim Said meramalkan bahwa Tutut akan menjadi anggota kabinet dan kemudian menjadi Ketua Umum Golkar dan Presiden Indonesia. Ramalan ini terbukti benar ketika Soeharto mengangkat Tutut sebagai Menteri Sosial dalam kabinet baru di Maret 1998. Namun, prediksi kedua Salim Said meleset karena dua bulan setelah pengangkatan, reformasi terjadi dan Tutut tidak lagi berada di lingkaran kekuasaan.

Said juga memprediksi bahwa dalam sidang MPR 5 tahun berikutnya, Soeharto akan lengser dari jabatannya dan akan mengarahkan agar penggantinya menjadi pimpinan partai yang memiliki dukungan terbesar. Pada saat itu, Tutut sudah menjadi Ketua Umum Golkar. Namun, prediksi ini tidak terjadi karena reformasi meletus.

Dalam kasus Gibran Rakabuming Raka, tentu saja masih belum dapat diprediksi apakah skenario yang sama akan terjadi atau tidak. Semua tergantung pada hasil pemilihan dan dinamika politik yang terjadi dalam periode berikutnya.