Kegempaan di Malaysia ketika Mahathir Terlibat Skandal Pengeluaran Darurat oleh Petronas

by -94 Views

Politisi senior Malaysia yang pernah menjadi Perdana Menteri dua kali, Mahathir Mohamad, terlibat dalam skandal korupsi terkait dengan dana talangan kontroversial yang disponsori oleh negara kepada para pengusaha pada masa kekuasaannya sebagai PM tahun 1998. Badan anti korupsi Malaysia (MACC) mengungkap bahwa skandal tersebut melibatkan pengambilalihan senilai 836 juta ringgit (Rp 2,7 triliun) oleh BUMN Malaysia, Petronas, atas aset pelayaran yang dimiliki oleh putra tertua Mahathir, Mirzan Mahathir, pada bulan Maret 1998.

Penyelidikan terhadap dana talangan Petronas kepada Konsorsium Perkapalan Bhd, perusahaan pelayaran yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Mirzan, dapat menimbulkan masalah bagi Mahathir karena Petronas melapor langsung kepada PM pada saat itu. Pejabat dari MACC sedang mencoba menentukan peran yang dimainkan oleh Mahathir dalam transaksi tersebut.

Selain kasus ini, Mahathir juga terlibat dalam skandal bailout lainnya, termasuk untuk Malaysia Airlines (MAS), Central Limit Order Book (CLOB), dan Multi-Purpose Holdings Bhd (MPHB). Penyelidikan juga dilakukan terhadap penyuntikan dana ke MAS yang dikendalikan oleh Tajudin, terkait langsung dengan Daim Zainuddin.

MACC juga mengajukan tuntutan terhadap Mirzan dan adik laki-lakinya, Mokhzani Mahathir, namun kemungkinan besar proses hukum ini akan berjalan lama. Skandal korupsi ini juga memicu perdebatan publik dan memperkeruh hubungan antara Mahathir dengan PM saat ini, Anwar Ibrahim, yang dulunya merupakan wakil PM Mahathir.

Mahathir juga menuduh Anwar telah mengorbankan keluarganya secara politik dan meragukan kelancaran penyelidikan MACC yang sedang berlangsung. Skandal ini terungkap melalui bocoran dokumen Pandora Papers yang mengungkap kepemilikan politisi dan tokoh kaya di negara-negara bebas pajak.

Meskipun demikian, Mahathir menyoroti bahwa dalam dokumen Pandora Papers, ada tokoh lain seperti Wakil PM Ahmad Zahid Hamidi dan Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri, Tengku Zafrul Aziz, namun tidak diusut secara publik seperti kasus yang menimpa keluarganya.