Harga minyak global mengalami penurunan lebih dari US$1 pada perdagangan Senin karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi tenggat waktu 50 hari kepada Rusia untuk menyetujui kesepakatan damai di Ukraina. Jika Rusia tidak setuju, akan menghadapi sanksi baru terhadap ekspor minyaknya. Hal ini membuat harga minyak mentah Brent turun sebesar US$1,15 atau 1,63% menjadi US$69,21 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun sebesar US$1,47 atau 2,15% menjadi US$66,98 per barel.
Meskipun harga sempat menguat di awal sesi karena ekspektasi sanksi yang lebih keras dari AS, pelaku pasar mulai mempertimbangkan kemungkinan negosiasi lanjutan antara AS dan Rusia. Analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, menyatakan bahwa pasar melihat tenggat waktu 50 hari tersebut sebagai ruang kompromi, sehingga responsnya cenderung netral hingga negatif.
Trump sebelumnya mengancam akan memberlakukan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak Rusia, termasuk China dan India, kecuali Rusia segera menghentikan perang di Ukraina. Namun, prospek sanksi menyeluruh dinilai kecil karena berisiko memicu tekanan inflasi di dalam negeri. Sanksi yang lebih luas juga dihindari untuk tidak merugikan ekonomi AS.
Di tengah pelemahan harga minyak global, investor juga mencermati dinamika perdagangan antara AS dan mitra dagangnya. Uni Eropa dan Korea Selatan sedang membahas kesepakatan dagang guna meredam dampak tarif AS yang akan berlaku pada 1 Agustus. Data terbaru dari bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak Negeri Tirai Bambu pada bulan Juni mengalami kenaikan sebesar 7,4% menjadi 12,14 juta barel per hari, mencapai level tertinggi sejak Agustus 2023. Ini menunjukkan bahwa pasokan minyak yang ketat lebih banyak tersimpan di China daripada di hub global utama.
Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa meskipun pasar minyak global mungkin lebih ketat dalam jangka pendek, ada potensi pasar mengalami surplus karena revisi proyeksi pasokan dan permintaan global. Hal ini menandakan perubahan situasi yang bisa memengaruhi harga minyak di masa depan. Menariknya, China menjadi pusat perhatian dengan kenaikan impor minyak yang signifikan, meskipun masih ada ketidakpastian terkait masa depan pasokan dan permintaan minyak global.