McDonald’s, Raksasa Fast Food Terbesar A.S. Mengungkapkan Kekhawatiran Terhadap Kebijakan Tarif Trump
McDonald’s, jaringan makanan cepat saji terbesar di dunia, menyuarakan kekhawatiran serius terkait kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang terus berubah di tengah gejolak ekonomi Amerika Serikat. Ketidakpastian ini tidak hanya mempengaruhi penjualan dan laba perusahaan, tetapi juga menimbulkan ketegangan pada sentimen konsumen dan memberikan tekanan tambahan pada ekonomi nasional yang sedang mengalami perlambatan.
Penurunan penjualan domestik sebesar 3,6% dilaporkan oleh McDonald’s pada kuartal pertama 2025, merupakan penurunan terbesar sejak pandemi Covid-19 melanda sektor ritel pada tahun 2020. Perusahaan ini mencatat bahwa jumlah pelanggan berkurang karena konsumen lebih berhati-hati dalam menghabiskan uang mereka.
CEO McDonald’s, Chris Kempczinski, menggambarkan kondisi pasar saat ini sebagai yang paling sulit yang pernah dihadapi perusahaan. Penjualan global turun 1% secara mengejutkan selama periode yang sama. Untuk menanggapi tren penurunan ini, McDonald’s meluncurkan menu “value” baru yang lebih terjangkau.
Namun, langkah-langkah ini belum cukup untuk meredakan kekhawatiran konsumen yang mulai menghindari makan di luar karena kondisi ekonomi yang tidak pasti. Perusahaan-perusahaan makanan dan minuman lainnya seperti Starbucks, Domino’s Pizza, dan Chipotle Mexican Grill juga merasakan dampak negatif dari situasi ini dengan konsumen AS mulai mengurangi frekuensi makan di luar.
Kehati-hatian konsumen ini tercermin dalam kontraksi ekonomi AS sebesar 0,3% pada kuartal pertama 2025, yang merupakan kebalikan dari pertumbuhan 2,4% pada kuartal sebelumnya. Indeks sentimen konsumen AS juga mengalami penurunan tajam, turun 32% dari Januari hingga April, mencapai titik terendah sejak resesi tahun 1990. Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran terhadap potensi perang dagang global setelah pengumuman tarif baru oleh Trump.