Venezuela kembali mengalami fase kritis dalam krisis ekonomi yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Pendapatan negara dari sektor minyak turun akibat sanksi ekonomi terbaru yang diberlakukan Amerika Serikat kepada pemerintahan Presiden Nicolas Maduro atas dugaan kecurangan pemilu. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya kemampuan pemerintah untuk merespons situasi, meskipun sempat mengalami stabilitas ekonomi pasca pandemi. Condisi memburuk dengan cepat sehingga Maduro mengumumkan keadaan darurat ekonomi pekan lalu dan mengajukan kewenangan darurat kepada Majelis Nasional yang dikuasai partai berkuasa untuk menyusun langkah-langkah penyelamatan ekonomi, termasuk penghapusan sementara pajak dan peningkatan mekanisme pembelian produk dalam negeri.
Setelah pandemi Covid-19, Venezuela sempat menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi dengan melepaskan kontrol harga, mengizinkan penggunaan dolar AS secara bebas, dan mengalokasikan dana ke pasar valuta asing setiap pekan. Walaupun berhasil menghentikan hiperinflasi yang ada pada tahun 2018 dan menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada tahun 2022, kemajuan ini hanya terpusat di Caracas, sementara wilayah lain seperti Maracaibo masih tertinggal.
Perbedaan nilai tukar resmi dan pasar gelap membuat bisnis informal menggunakan kurs pasar gelap untuk membeli bahan pokok, memicu kenaikan harga barang. Ekonom Pedro Palma memperkirakan inflasi di Venezuela mencapai 180-200%, dan meramalkan penurunan daya beli masyarakat karena gaji tidak sebanding dengan inflasi. Kondisi ini juga berdampak pada kebijakan upah, di mana pemerintah hanya bisa memberikan gaji minimum sebesar US$1,65 per bulan, ditambah tunjangan bulanan sekitar US$100.
Harapan untuk migrasi demi penyelamatan ekonomi keluarga menurun setelah adanya pengetatan kebijakan imigrasi oleh Presiden AS Donald Trump, terutama terhadap imigrasi ilegal. Jonatan Urdaneta, seorang sopir taksi yang biasa mengantar migran dari terminal bus Maracaibo ke perbatasan Kolombia, merasakan penurunan yang signifikan dalam aktivitasnya. Dulu, ia bisa melakukan dua perjalanan pulang-pergi dalam sehari, tetapi kini terkadang tidak ada penumpang sama sekali.