Kegiatan produksi minyak dan gas bumi di Indonesia masih berlangsung tanpa adanya impor liquefied natural gas (LNG). Hal ini disampaikan oleh Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, yang menyatakan bahwa hingga bulan April-Mei 2025, kebutuhan LNG Indonesia sudah dapat terpenuhi dari produksi dalam negeri. Meskipun demikian, pihak SKK Migas terus mengevaluasi opsi impor LNG jika memang diperlukan.
Pada tahun 2024, penggunaan gas bumi untuk kebutuhan domestik mencapai 3.881 billion british thermal unit per day (bbtud), sedangkan untuk ekspor mencapai 1.905 bbutd. Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa saat ini prioritas penggunaan gas bumi lebih banyak untuk kebutuhan domestik dibandingkan ekspor. Bahkan, rencananya penyaluran gas pipa ke Singapura akan dialihkan ke Batam untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang diprediksi akan terus tumbuh.
Dalam rincian serapan gas domestik pada tahun 2024, sebagian besar digunakan untuk industri, kelistrikan, LNG domestik, pupuk, LPG domestik, gas perkotaan, dan bahan bakar gas. Meskipun ada penurunan serapan gas dibandingkan tahun sebelumnya, namun strategi untuk mengalihkan ekspor gas ke Singapura ke pasar domestik diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang meningkat di Indonesia.