Idul Fitri merupakan momen yang penuh berkah yang dinantikan oleh banyak orang. Lebaran tidak hanya menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga dan sahabat, tetapi juga merupakan kesempatan untuk menjalin silaturahmi dan bertukar kabar. Namun, di tengah perayaan ini, perlu diperhatikan adanya potensi penyebaran misinformasi, disinformasi, dan malinformasi yang rentan terjadi saat informasi tersebar secara massif.
Menurut Deputi Bidang Diseminasi dan Media Informasi Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Noudhy Valdryno, kemampuan untuk memilah dan mengidentifikasi informasi sangat penting saat ini. Setiap individu memiliki peran dalam memerangi gangguan informasi guna menjaga persatuan dan solidaritas. Lebaran merupakan momen yang sebaiknya dimanfaatkan untuk memperkuat persatuan bangsa dan solidaritas sosial.
Selain berkumpul bersama keluarga selama Idul Fitri, penting juga untuk bijaksana dalam memilah sumber informasi yang utama. Misinformasi terjadi saat informasi yang disebarkan salah karena ketidaktahuan tanpa maksud menyesatkan. Sebaliknya, disinformasi merujuk pada informasi yang disebarkan dengan tujuan buruk. Sedangkan malinformasi terjadi ketika informasi yang benar disampaikan dalam konteks yang salah atau pada waktu yang tidak tepat.
Untuk menghindari penyebaran informasi yang salah, penting untuk memilih sumber informasi yang akurat dan terpercaya. Terutama dalam era digital ini, di mana media sosial sering menjadi media penyebaran misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Oleh karena itu, media massa diharapkan dapat berfungsi sebagai penjaga gerbang untuk menyediakan informasi yang benar dan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang tidak valid.
Dengan demikian, berlebaran secara bijak juga berarti bijak dalam memilih informasi yang diterima dan disebarkan. Semoga dengan kesadaran ini, kita dapat menjaga keutuhan persatuan dan solidaritas di tengah arus informasi yang terus mengalir di era digital.