China Mengarahkan Rudal ke Sekutu US: Analisis Reaksi & Implikasinya

by -9 Views

China telah meningkatkan jumlah rudal yang dapat menyerang Jepang, seperti terlihat dalam citra satelit terbaru yang menunjukkan perkembangan pesat dalam persenjataan rudal. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran atas stabilitas keamanan di Asia Timur, terutama karena Jepang adalah sekutu utama Amerika Serikat di kawasan tersebut. Militer China saat ini memiliki sekitar 300 peluncur dan 1.300 rudal kategori medium-range ballistic missile (MRBM), yang mampu menjangkau hingga 3.000 kilometer, mencakup seluruh kawasan first island chain.

Terdapat tiga jenis rudal konvensional yang dapat digunakan China untuk menyerang daratan utama Jepang, yaitu DF-17 MRBM, CJ-10, dan CJ-100. Mulai Oktober 2020, China telah membangun garnisun baru di Provinsi Jilin, timur laut China, yang mengoperasikan rudal DF-17 MRBM dengan kendaraan luncur hipersonik. Sementara itu, CJ-10 dan CJ-100 memiliki daya jangkau 1.500 hingga 2.000 kilometer, sehingga dapat mencapai target di Jepang.

Brigade 611 di Provinsi Anhui memiliki kapasitas untuk mengoperasikan DF-26, rudal balistik jarak menengah (intermediate-range ballistic missile atau IRBM) sejak Oktober 2024. DF-26 memiliki jangkauan sekitar 3.000 hingga 4.000 kilometer, memungkinkan China menyerang target di Jepang dan pangkalan militer AS di wilayah Pasifik. Dengan adanya kemampuan untuk mengganti hulu ledak antara konvensional dan nuklir, DF-26 dapat melakukan serangan presisi terhadap kapal maupun sasaran darat.

Analisis laporan Pentagon menyatakan bahwa peningkatan kekuatan militer China menunjukkan kemampuan untuk melakukan serangan presisi jarak jauh terhadap pasukan dan pangkalan militer AS serta sekutunya di sebagian besar kawasan Indo-Pasifik. Di sisi lain, Jepang telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan sistem pertahanan rudalnya, menjalin kerja sama dengan Amerika Serikat. Hal ini juga didorong oleh laporan dari Hudson Institute yang mengingatkan akan ancaman serius terhadap pangkalan udara militer AS di wilayah Pasifik Barat dari serangan rudal China.

Source link