Tanda-Tanda Industri Otomotif di Indonesia Menjadi Mirip Industri Tekstil dengan Ancaman PHK Massal

by -292 Views

Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat pada 15-25 Februari.

Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi sulit yang tengah melanda industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dikhawatirkan berpotensi menular ke sektor otomotif. Ditandai dengan penurunan penjualan yang terus terjadi, yang bukan tak mungkin akan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Kondisi sulit yang tengah melanda industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dikhawatirkan berpotensi menular ke sektor otomotif. Secara tahunan, penjualan di bulan Agustus 2024 anjlok 12.624 unit dibandingkan penjualan Agustus 2023. Atau, anjlok 14,19%.

Di saat bersamaan, ekspor mobil CKD (terurai lengkap) pada bulan Agustus 2024 turun jadi 4.268 unit dari Juli 2024 yang tercatat mencapai 5.7966 unit. Juga mengalami penurunan dari setahun sebelumnya yang mencapai 4.834 unit CKD di Agustus 2024.

Daya Beli Masih Terus Lesu. Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai, kinerja otomotif nasional yang saat ini sedang lesu, mencerminkan pelemahan daya beli. “Penurunan ekspor dan impor mobil di Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2024, baik secara tahunan maupun bulanan di Agustus 2024, menjadi cerminan tantangan yang dihadapi industri otomotif. Perlambatan ekonomi global menjadi salah satu faktor utama.”

Ancaman Gelombang PHK di Industri Otomotif. Karena itu, Yannes memprediksi, bukan tak mungkin kondisi di industri TPT nasional bakal menular ke sektor otomotif. “Jika penurunan daya beli middle income class kita terus berlanjut dan tidak ada langkah-langkah strategis yang diambil untuk mengatasi tantangan tersebut, industri otomotif Indonesia berpotensi mengalami kondisi serupa dengan industri tekstil.”

Pabrik mobil dalam negeri juga menghadapi persaingan ketat dari produk impor khususnya EV (electric vehicle/ kendaraan listrik) yang tampaknya semakin murah. “Penurunan produksi akibat lesunya permintaan dapat menyebabkan PHK besar-besaran dan peningkatan pengangguran.”

Sumber: CNBC Indonesia