Perang di Semenanjung Arab semakin “menjadi-jadi”. Situasi semakin tidak kondusif setelah ledakan besar-besaran 3.000 pager yang digunakan oleh warga terkait dengan kelompok Hizbullah, di Lebanon, Selasa waktu setempat, diikuti dengan ledakan ratusan walkie-talkie kelompok senjata yang sama pada Rabu.
Ledakan pager pada Selasa menyebabkan 12 orang tewas, termasuk anak-anak, dan ribuan terluka, di mana 200 di antaranya dalam kondisi kritis. Meskipun Hizbullah menyalahkan Israel, namun negeri Zionis tetap bungkam setelah mengumumkan “tujuan perang yang meluas” tidak hanya menyerang Hamas tetapi juga Hizbullah, pada Senin.
Sementara ledakan pada Rabu menewaskan 20 orang dan melukai lebih dari 450 lainnya. Ledakan tidak hanya terjadi di Beirut, tetapi juga di Lebanon selatan dan timur.
Hizbullah, proksi Iran di Timur Tengah yang bersekutu dengan Hamas, penguasa Jalur Gaza, sudah beberapa bulan terlibat dalam baku tembak lintas batas dengan Israel sebagai protes atas serangan Israel di Gaza yang menewaskan lebih dari 41.000 warga.
Selain itu, Amerika Serikat (AS) memberikan respons terhadap situasi tersebut. Gedung Putih memperingatkan semua pihak untuk menghindari eskalasi di Timur Tengah setelah dua hari ledakan di Lebanon yang diduga dilakukan oleh Israel, yang menargetkan kelompok militan Hizbullah.
Diplomat senior dari AS, Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia dijadwalkan akan bertemu di Paris untuk membahas ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Pertemuan ini terjadi di tengah kekhawatiran akan terjadinya perang habis-habisan di wilayah tersebut, terutama setelah ribuan ledakan di Lebanon akibat sabotase pada perangkat Hizbullah, dengan tuduhan selalu mengarah ke Israel.
Lebih lanjut, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga akan mengadakan pertemuan mendadak untuk membahas gelombang ledakan mematikan di Lebanon yang menargetkan perangkat yang digunakan oleh Hizbullah. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menegaskan bahwa objek sipil tidak boleh dijadikan senjata, dan aturan ini harus ditaati oleh semua pihak.
Iran menyebut Israel melakukan “pembunuhan massal” setelah ledakan ribuan perangkat komunikasi milik Hizbullah. Iran mengecam aksi terorisme rezim Zionis dan menyerukan agar komunitas internasional segera bertindak melawan kejahatan Israel.
Dengan eskalasi konflik ini, harapannya adalah diplomasi akan menjadi solusi terbaik untuk menghentikan kekerasan di Timur Tengah.