Kronologi Demo Maut di Bangladesh: dari Protes PNS hingga PM Melarikan Diri

by -94 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Bangladesh sedang mengalami instabilitas. Ini disebabkan oleh kerusuhan luas di dalam negeri yang mendorong Perdana Menteri (PM) negara tersebut, Sheikh Hasina, untuk melarikan diri ke India.

Jumlah korban jiwa telah mencapai setidaknya 409 orang, termasuk warga negara Indonesia (WNI), di mana pada Senin (5/8/2024), lebih dari 109 orang tewas.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Bangladesh? Berikut adalah kronologi dan penyebab dari demonstrasi massal tersebut.

Kronologi

Demonstrasi luas pecah di Bangladesh sejak bulan Juli 2024. Aksi ini dipimpin oleh mahasiswa yang memprotes kebijakan kuota pegawai negeri sipil (PNS) untuk anak-anak dari pahlawan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.

“Pemimpin protes, Rasel Ahmed dari Universitas Chittagong, mengatakan, ‘Kami tidak akan kembali ke ruang kelas sampai permintaan kami dipenuhi,'” kepada AFP.

Pemberlakukan sistem kuota terbaru mencakupkan 30% jabatan di pemerintahan untuk anak-anak dari pahlawan kemerdekaan Bangladesh tahun 1971. Sementara itu, 10% untuk perempuan, dan 10% untuk penduduk di distrik tertentu.

“Para mahasiswa yang cerdas tidak lagi mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan karena sistem kuota ini. Anda bekerja keras hanya untuk mengetahui bahwa lapangan kerja yang tersedia sangat terbatas,” kata mahasiswi lainnya bernama Halimatus Sadia.

Para ahli mengaitkan kerusuhan ini dengan stagnasi pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta dan tingginya angka pengangguran kaum muda. Hal ini membuat pekerjaan di sektor publik dengan kenaikan upah reguler menjadi sangat menarik bagi kelompok yang mencakup hampir seperlima populasi penduduk.

Selain itu, Bangladesh juga menghadapi kesulitan ekonomi dan menerima dana talangan sebesar US$ 4,7 miliar (Rp 76 triliun) dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari tahun lalu setelah kesulitan membayar impor energi, yang mengurangi cadangan dolar dan meningkatkan inflasi.

Awalnya aksi demonstrasi berlangsung damai. Namun, protes berubah menjadi kekerasan setelah bentrokan dengan polisi dan kelompok mahasiswa pro-pemerintah, yang menuai kritik internasional yang signifikan.

Hingga Senin kemarin, korban tewas yang tercatat meningkat menjadi sedikitnya 300 orang. Selain itu, ada 10 ribu orang yang ditangkap atas tuduhan mengganggu keamanan.

PM Kabur

Massa yang terus berdemo berhasil masuk ke Istana PM, Ganabhaban, pada Senin (4/8/2024). Saluran 24 Bangladesh menyiarkan gambar kerumunan orang yang berlarian ke kediaman resmi PM yang dituntut mundur oleh mahasiswa. Para pendemo melambaikan tangan ke kamera saat mereka merayakan kemenangan.

Seorang sumber yang dekat dengan Hasina mengatakan, bahwa perempuan berusia 76 tahun itu telah meninggalkan Dhaka bersama saudara perempuannya. Dilaporkan ia menuju India dengan helikopter.

Sumber tersebut menambahkan bahwa Hasina pergi terlebih dahulu dengan iringan mobil tetapi kemudian diterbangkan keluar, tanpa menyebutkan tujuannya.

“Mereka memintanya pergi, dia tidak punya waktu untuk bersiap. Ia kemudian dievakuasi dengan helikopter,” kata sumber itu.

Militer Ambil Alih

Di sisi lain, Panglima militer Bangladesh, Jenderal Waker-Uz-Zaman, mengumumkan dalam siaran kepada rakyat di televisi pemerintah Senin bahwa Hasina telah mengundurkan diri. Militer akan membentuk pemerintahan sementara.

“Negara ini telah banyak menderita, ekonomi telah terpukul, banyak orang telah terbunuh. Saatnya untuk menghentikan kekerasan,” kata Waker, mengenakan seragam militer.

“Walau begitu, suara lantang masih muncul dari pihak Hasina. Putra Hasina, Sajeeb Wazed Joy, mendesak pasukan keamanan negara untuk memblokir pengambilalihan kekuasaan.

“Tugas Anda adalah menjaga keamanan rakyat dan negara kita serta menegakkan konstitusi,” kata Joy dalam sebuah unggahan di Facebook, menunjuk aparat seraya memperingatkan kemajuan yang dicapai Bangladesh akan terancam jika Hasida dipaksa keluar.

Joy sendiri saat ini tinggal di Amerika Serikat (AS). Ia merupakan penasihat teknologi informasi dan komunikasi untuk Hasina.

“Semua pembangunan dan kemajuan kita akan lenyap. Bangladesh tidak akan mampu bangkit dari sana,” tambahnya.

Para WNI Jadi Korban

KBRI Dhaka mengonfirmasi seorang warga negara Indonesia (WNI) berinisial DU meninggal dunia di Jashore, Bangladesh, akibat demonstrasi yang berujung kerusuhan pada Senin (5/8/2024).

Dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI, DU meninggal dunia akibat menghirup terlalu banyak asap karena hotel tempatnya menginap terbakar di tengah-tengah kerusuhan. Adapun DU baru saja tiba di Bangladesh tanggal 1 Agustus 2024 untuk kunjungan bisnis.

“Kemlu telah menghubungi keluarga almarhum di Indonesia untuk menyampaikan ucapan belasungkawa dan akan memfasilitasi repatriasi jenazah, bekerja sama dengan perusahaan tempat almarhum bekerja,” tulis Kemlu.

Kemlu telah memberikan imbauan kepada para WNI di Bangladesh.

“Para WNI diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, mengurangi aktivitas luar rumah untuk hal-hal nonesensial, serta menghindari kerumunan massa dan lokasi demonstrasi.

Para WNI juga diharapkan dapat terus menjaga komunikasi dan mengikuti langkah-langkah kontingensi yang ditetapkan KBRI Dhaka.

“Bagi WNI yang memiliki rencana perjalanan ke Bangladesh, diimbau untuk menunda perjalanan ke Bangladesh, sampai situasi dan kondisi keamanan membaik.”

(luc/luc)