Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesian Mining Association (IMA) mengomentari kenaikan harga nikel dunia yang signifikan saat ini.
Pada Selasa, harga nikel dunia hampir mencapai US$ 20.000, tepatnya US$ 19.675 atau sekitar Rp 317,8 juta per ton. Kenaikan harga nikel ini disebabkan oleh keterbatasan pasokan MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) dan nikel sulfat pada kuartal pertama, serta sentimen bullish yang muncul akibat kekhawatiran terkait penundaan persetujuan kuota tambang di Indonesia.
Namun, pendapat yang berbeda datang dari para pengusaha tambang di Indonesia. Direktur Eksekutif IMA, Hendra Sinadia, menyatakan bahwa kenaikan harga nikel saat ini terjadi karena permintaan dunia untuk produksi stainless steel meningkat.
Hendra juga menambahkan bahwa Indonesia saat ini belum dapat menentukan harga pasar nikel karena mayoritas pasokan global dan pertimbangan untuk komoditas nikel masih dipegang oleh China.
Pabrik-pabrik pengolahan nikel di Indonesia juga belum beroperasi secara maksimal karena kondisi pasar hilir nikel yang tidak menguntungkan.
Kenaikan harga nikel juga disebabkan oleh kekhawatiran terkait pasokan, yang terhambat oleh proses persetujuan kuota tambang di Indonesia. Meskipun demikian, harga nikel diperkirakan akan melemah seiring dengan peningkatan pasokan nikel di kuartal berikutnya dan pemulihan pengiriman dari Filipina setelah musim hujan.
Secara keseluruhan, pasar nikel diprediksi tetap surplus pada tahun 2024, namun tekanan produksi nikel Indonesia diharapkan akan berkurang seiring dengan lebih banyak kuota yang disetujui.