Kepala Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov blak-blakan soal otak di balik serangan di Moskow. Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis pro-Kremlin Pavel Zarubin, ia mengklaim tiga negara bertanggung jawab atas insiden tersebut. Bortnikov menyebut ketiga negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Ukraina. Ia mengklaim bahwa serangan tersebut “bermanfaat” bagi badan intelijen Barat dan Ukraina untuk mengganggu stabilitas Rusia.
“Kami percaya bahwa tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal sendiri, dan tentu saja badan intelijen Barat berkontribusi terhadap hal ini, dan badan intelijen Ukraina sendiri terkait langsung dengan hal ini,” ujar Bortnikov, dilansir dari CNBC International.
Menurutnya, para pelaku bermaksud pergi ke luar negeri, tepatnya ke wilayah Ukraina. Informasi operasional awal menunjukkan bahwa mereka diperkirakan berada di sana. Hal ini menambah kuat pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan bahwa kekejaman tersebut sesuai dengan pola tindakan yang dilakukan oleh Kyiv.
Hampir 140 orang tewas di gedung konser Balai Kota Crocus akibat serangan brutal. ISIS mengaku bertanggung jawab, namun Rusia dengan cepat menghubungkan Ukraina dengan kejadian tersebut. Pengakuan ISIS didukung oleh AS, namun Gedung Putih menyatakan bahwa tuduhan Rusia terhadap Ukraina sebagai ‘propaganda’.
Para pelaku penyerangan menerima bayaran sebesar 500.000 rubel (sekitar Rp 85 juta) untuk melakukan serangan tersebut. Sebagian pembayaran sudah ditransfer ke akun mereka, meski sebagian lainnya belum. Sebelumnya, Presiden Putin juga menyebut bahwa kekejaman tersebut merupakan bagian dari upaya oleh mereka yang telah memerangi Rusia sejak tahun 2014 dengan mendukung rezim neo-Nazi di Kiev.
Sebuah video menunjukkan gedung terbakar dengan asap mengepul tinggi di langit malam, di mana lampu biru dari mobil pemadam kebakaran tampak terlihat.