Harga Nikel Dunia Turun karena Anak Buah Luhut Membuktikan dengan Baru

by -125 Views

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) telah menunjukkan bukti terbaru terkait capaian produk hasil hilirisasi nikel di dalam negeri, untuk menjawab tudingan bahwa kelebihan pasokan nikel dari Indonesia telah menyebabkan penurunan harga nikel dunia.

“Kalau dibilang over supply gak sepenuhnya benar, karena penambahan produksi nikel dari Indonesia menggantikan suplai di negara lain yang tidak efisien,” ungkap Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto kepada CNBC Indonesia.

Seto mengungkapkan, data ekspor Indonesia selama Januari hingga November 2023 menunjukkan nilai ekspor produk turunan nikel mencapai US$ 31,3 miliar. Angka ini naik 0,6% dibandingkan Januari sampai November 2022 yang tercatat sebesar US$ 31,13 miliar.

“Jadi walaupun turun harganya, pendapatan masih naik sedikit karena kenaikan volume,” ucapnya.

Di sisi lain, harga nikel saat ini masih berada di level US$ 16.000-an, lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata 10 tahun terakhir yang berada di level US$ 15.000-an. “Masih lebih tinggi dibandingkan periode awal-awal kita melakukan hilirisasi tahun 2014-2019 yang harga rata-rata nikel di US$ 12 ribuan,” jelasnya.

Harga nikel dunia jatuh mendekati posisi terendah dalam tiga tahun terakhir. Pada Senin (22/1/2024) harga nikel dunia kontrak tiga bulan tercatat sebesar US$ 16.036 per ton, yang merupakan yang terendah sejak April 2021.

Menurut INSG, harga nikel diperkirakan akan tetap berada di bawah tekanan dalam jangka pendek seiring dengan meningkatnya surplus di pasar global dan perlambatan ekonomi global. Meski begitu, harga rata-rata nikel global diperkirakan akan naik secara bertahap.

Surplus pasar nikel global diperkirakan akan terus meningkat, dengan surplus pada 2024 diprediksi akan menjadi yang terbesar. Produksi global juga diperkirakan akan meningkat karena produksi nikel pig iron (NPI) Indonesia terus meningkat.

Peleburan nikel telah meluas di Indonesia sejak pemerintah memberlakukan larangan ekspor bijih nikel pada tahun 2020 sebagai upaya untuk menarik investor asing dan mendorong pengolahan dalam negeri. Larangan ini telah berhasil menarik investor asing untuk membangun smelter lokal dan membantu meningkatkan nilai ekspor Indonesia.