Kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Himawan Soetanto

by -118 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Saya pertama kali bertemu dengan Pak Himawan Soetanto saat saya masuk AKABRI pada tahun 1970. Saat itu beliau menjabat sebagai Wakil Gubernur AKABRI bidang operasi pendidikan.

Beliau merupakan seseorang yang sangat terdidik. Kemampuan Bahasa Inggris dan Bahasa Belanda beliau sangat baik. Bahkan beliau juga memiliki pengetahuan sedikit dalam bahasa Jepang karena pernah mengalami masa penjajahan Jepang.

Pak Himawan juga gemar membaca buku-buku sejarah. Menurut saya, para tokoh-tokoh hebat adalah para pembaca buku. “Leader is a Reader.” Hal ini membuat saya terkesan karena pemimpin yang baik harus rajin membaca, begitu bunyi adagium yang terkenal. Di rumahnya, terdapat banyak buku dan beliau selalu berdiskusi tentang buku saat bertemu dengan saya. Beliau juga sering menanyakan apakah saya sudah membaca buku-buku karya B. H. Liddell Hart, sejarawan ahli strategi militer Inggris, karya Sun Tzu, ahli strategi militer Tiongkok, dan buku-buku lainnya.

Penampilan Pak Himawan selalu rapi, senyumnya memancar, senang humor, tenang tapi percaya diri, dan dekat dengan anak buah. Terlihat jelas bahwa beliau memiliki pengalaman tempur yang panjang.

Hal ini berbeda dengan sebagian atasan yang tidak memiliki banyak pengalaman tempur. Mereka cenderung dingin kepada anak buah dan menjaga jarak serta selalu memakai peraturan. Namun, atasan yang sering bersama pasukan di lapangan lebih santai dan tidak kaku. Mereka dapat menyesuaikan peraturan dengan kondisi lapangan.

Salah satu nilai yang saya pelajari dari Pak Himawan adalah pentingnya kedekatan komandan dengan anak buah. Komandan harus bersama mereka dari bangun pagi sampai tidur, memeriksa kondisi anak buah mulai dari dapur, kamar mandi, sampai pakaian dalam mereka.

Belajar dari Pak Himawan, saya memiliki kebiasaan mengecek detail dapur dan perlengkapan anak buah. Saya pernah menemukan pakaian dalam prajurit yang sudah coklat, bukan putih lagi. Bahkan, saya juga menemukan kasus korupsi di dapur, seperti daging satu kilogram untuk 16 orang yang disebut daging silet karena setipis silet. Hal-hal ini menjadi pengalaman kepemimpinan praktis yang saya pelajari dari Pak Himawan Soetanto.

Karier Letnan Jenderal Himawan Soetanto sangat terkenal dan beliau menjadi inspirasi di kalangan tentara. Saya dekat dengan beliau bahkan setelah beliau pensiun dan beliau merupakan salah satu mentor saya. Sebelum beliau meninggal, saya sempat membesuk beliau di rumah sakit.

Saat itu, saya mendengar bahwa selain keluarga, beliau mencari saya. Anak-anak beliau bingung siapakah yang dimaksud sebagai panglima perang, dan ketika salah satu di antara mereka bertanya apakah yang dimaksud adalah Prabowo, beliau mengangguk.

Saya sangat terharu mendengar cerita tersebut. Karena itu, ketika saya menjenguk beliau di rumah sakit, saya memberikan hormat penuh kepada beliau karena kami sering berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Beliau meneteskan air mata meskipun beliau sudah tidak bisa berbicara.

Kenangan saya terhadap Pak Himawan Soetanto adalah sebuah kehormatan besar bagi saya, bahwa jenderal yang saya kagumi masih mencari saya pada saat-saat menjelang wafatnya.