Pemerintah tengah menjajaki pembukaan pasar ekspor baru, menyikapi melemahnya perekonomian negara mitra dagang utama, seperti China dan Amerika Serikat hingga 2024. Lembaga internasional, seperti IMF memperkirakan ekonomi AS akan tertekan ke level 1,5% pada 2024, dari perkiraan 2023 tumbuh 2,1%. Lalu, China hanya tumbuh 4,2% dari 5% pada 2023, dan Eropa juga 1,2% dari perkiraan tahun ini 0,7%. Perkiraan World Bank lebih buruk lagi. AS mereka proyeksikan ekonominya hanya tumbuh 0,8% pada 2024 dari 1,1% tahun ini. Eropa 1,3% dari 0,4% dan China hanya sebesar 4,6% dari proyeksi pertumbuhan 2023 sebesar 5,6%. Beberapa negara mitra dagang utama itu di antaranya China yang porsi ekspor Indonesia ke negara itu mencapai 25,49% hingga November 2023, lalu Amerika Serikat 9,54%, dan Eropa yang porsinya terhadap total ekspor Indonesia sebesar 6,84%. “Pertumbuhan ekonomi Tiongkok di bawah perkiraan yang dapat mengganggu rantai pasok global,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 di Hotel St Regis, Jakarta, Jumat (22/12/2023) Menko Airlangga mengatakan, untuk mengantisipasi permasalahan itu pada tahun depan, untuk menjaga aktivitas ekspor demi mendukung pertumbuhan ekonomi di atas 5%, yakni 5,2%, sejumlah pasar ekspor baru akan dibuka dalam waktu dekat. Di antaranya melalui penyelesaian perundingan dagang-investasi I-EU CEPA (Indonesia- European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) dan CP-TPP (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership) untuk menyasar pasar Amerika Latin. “Di samping pasar Afrika dan pasar Amerika Latin ada satu kunci yang bisa cepat kita masuki Yakni dengan CPTPP itu membuka sekaligus membuka pasar Kanada pasar Meksiko pasar Chili dan Peru dan kebetulan ketentuannya dipegang Jepang jadi tahun depan Jepang pegang dan OECD,” tuturnya.