Hamas Merespons dengan Peringatan yang Lebih Tegas terhadap Iran

by -136 Views

Peperangan antara kelompok pejuang Palestina, Hamas, dengan Israel masih terus berlanjut. Eskalasi semakin meningkat setelah Israel melancarkan serangan balasan yang berulang kali ke wilayah Gaza. Para sekutu Hamas di Lebanon dan Yaman juga turut melakukan serangan terhadap Israel.

Israel mengatakan telah mengepung Gaza pada Kamis malam. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengkonfirmasi hal tersebut setelah melakukan operasi darat selama beberapa hari. Ia mengatakan bahwa tentara Israel telah mengepung kota Gaza, yang merupakan pusat organisasi teror Hamas. Menurut laporan, pasukan Israel menyerang pos-pos terdepan, markas besar Hamas, serta meluncurkan serangan terhadap infrastruktur Hamas. Pertempuran sengit terjadi antara kelompok tempur dengan tank Israel yang berusaha masuk ke pusat kota Gaza.

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) menyerukan “jeda kemanusiaan” dalam konflik Israel-Hamas. Meskipun demikian, ini jauh dari gencatan senjata yang diminta oleh 120 negara di PBB. Sekutu Israel tersebut menjelaskan bahwa “jeda kemanusiaan” tersebut bersifat sementara dan fokus pada tujuan tertentu, di mana bantuan kemanusiaan dapat masuk dan orang-orang dapat keluar.

Di sisi lain, Hizbullah, yang merupakan proksi Iran di Lebanon, dilaporkan melakukan penyerangan terhadap posisi militer Israel di perbatasan. Kelompok Houthi di Yaman, yang juga merupakan sekutu Hizbullah, juga melancarkan serangan terhadap Israel dengan menggunakan drone.

Hamas, kelompok pejuang Palestina yang memerintah di Jalur Gaza, memberikan ancaman kepada Israel terkait pengepungan yang dilakukan oleh negara itu. Hamas menegaskan bahwa langkah pengepungan tersebut akan menjadi kutukan sejarah bagi Israel. Mereka mengancam bahwa bila Israel terus menekan, mereka akan mengambil langkah yang akan berdampak buruk bagi Yerusalem Barat, yang diakui oleh kalangan Zionis sebagai ibu kota Israel.

DPR AS yang dipimpin oleh Partai Republik memberikan bantuan senilai US$14 miliar kepada Israel. Namun, ini berarti memotong anggaran badan pajak. Sementara itu, bantuan kemanusiaan di Gaza Utara terhenti akibat operasi darat Israel dan bentrokan dengan kelompok pejuang Palestina. Bahan bakar penting bagi rumah sakit, ambulans, dan pabrik desalinasi air tidak diizinkan masuk oleh otoritas Israel.

Jumlah anak yang tewas di Gaza dalam tiga minggu terakhir melebihi jumlah total anak yang tewas dalam konflik di seluruh dunia sejak 2019. Menurut organisasi Save the Children, setidaknya 3.324 anak telah terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober. Organisasi tersebut menyuarakan perlunya gencatan senjata untuk memastikan keselamatan anak-anak.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, bertemu dengan kabinet perang Israel di Tel Aviv setelah bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Blinken mengatakan bahwa ia ingin berdiskusi dengan pemerintah Israel tentang kampanye melawan Hamas dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi warga sipil.

Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) mengkhawatirkan bahwa kelompok ekstremis dapat memanfaatkan konflik di Israel dan Gaza untuk menyebabkan lebih banyak kekerasan di wilayah tersebut. Mereka menekankan pentingnya diplomasi dan kerja sama antar negara untuk menurunkan suhu regional yang semakin memanas.