Efek Perang Timur Tengah yang Meningkatkan Suhu, Bagaimana itu Memengaruhi Ekonomi Global

by -255 Views

Perang antara Hamas dan Israel di Timur Tengah akan menimbulkan ketidakpastian baru terhadap perekonomian dunia. Dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Anggito Abimanyu, mengungkapkan analisis tersebut pada hari Minggu (29/10/2023).

Menurut Anggito, pada pertengahan Oktober 2023, International Monetary Fund (IMF) memberikan peringatan bahwa pemulihan ekonomi global sudah melambat setelah pandemi Covid-19, serta serangan Rusia terhadap Ukraina yang membuat harga energi dan pangan dunia tidak stabil. Ancaman baru muncul ketika perang baru di Timur Tengah mengancam perekonomian dunia yang sudah terpuruk akibat krisis yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Anggito menjelaskan bahwa pecahnya pertempuran antara Israel dan Hamas telah mengganggu seluruh kawasan dan merefleksikan betapa sulitnya melindungi perekonomian dari goncangan global yang semakin sering terjadi dan tidak dapat diprediksi. Pertemuan IMF dan Bank Dunia yang diadakan baru-baru ini di Maroko yang dihadiri oleh para pembuat kebijakan ekonomi ternama di seluruh dunia juga terganggu akibat konflik ini.

Para pejabat dunia saat ini masih berjuang dengan dampak ekonomi yang belum pulih sepenuhnya dari pandemi dan perang Rusia di Ukraina. Sekarang kita semua dihadapkan pada krisis baru ini, ujar Anggito.

Anggito juga mengutip pernyataan Presiden Bank Dunia, Ajay Banga, yang menyatakan bahwa perekonomian dunia berada dalam kondisi sulit. Banga mengatakan bahwa perang tidak membantu bank sentral dan berusaha mencari jalan keluar untuk mempertahankan kestabilan, mengacu pada upaya pembuat kebijakan di negara-negara yang mencoba menurunkan inflasi tanpa memicu resesi.

Banga juga menjelaskan bahwa dampak perang di Timur Tengah terhadap perekonomian dunia lebih terbatas dibandingkan dengan perang di Ukraina. Konflik tersebut awalnya menyebabkan lonjakan harga minyak dan pangan yang mengguncang pasar global karena peran Rusia sebagai produsen energi utama dan Ukraina sebagai pengekspor biji-bijian dan pupuk.

Anggito menambahkan bahwa pasar minyak dunia sudah khawatir dan pertanyaan utamanya adalah apa yang akan terjadi pada harga energi. Kekhawatiran itu menyatakan bahwa kenaikan harga minyak lainnya akan memaksa Federal Reserve dan bank sentral lainnya untuk terus menaikkan suku bunga, yang akan berdampak negatif pada perkembangan ekonomi global. Ada dua perhatian mengenai harga energi dan pangan global saat ini, yaitu konflik Rusia-Ukraina dan konflik di Timur Tengah.

Namun, Anggito mengutip pernyataan Chief Economist IMF, Pierre-Olivier Gourinchas, yang mengatakan bahwa saat ini masih terlalu dini untuk menilai apakah kenaikan harga minyak akan berkelanjutan.

IMF telah melakukan penelitian mengenai dampak kenaikan harga minyak dunia, yang menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak sebesar 10% akan membebani perekonomian global, mengurangi produksi sebesar 0,15%, dan meningkatkan inflasi sebesar 0,4% pada tahun depan. IMF juga menekankan bahwa pemulihan ekonomi masih rapuh, dengan perkiraan pertumbuhan global sebesar 3% untuk tahun ini dan 2,9% untuk tahun 2024.

Meskipun IMF meningkatkan proyeksi output Amerika Serikat untuk tahun ini, mereka menurunkan peringkat Eropa dan China dan memperingatkan bahwa tekanan pada sektor real estate di negara-negara tersebut semakin parah. Gourinchas menyatakan bahwa perekonomian global sedang menghadapi tantangan dan belum berjalan dengan baik. Selain itu, ia juga mencatat adanya risiko bencana alam yang lebih besar akibat perubahan iklim.

Perekonomian Eropa khususnya terjebak di tengah meningkatnya ketegangan global. Sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari 2022, pemerintah Eropa berupaya untuk mengurangi ketergantungan pada gas alam Rusia dengan mencari pemasok alternatif di Timur Tengah. Uni Eropa juga menyatakan dukungannya terhadap Israel dan mengutuk serangan yang dilakukan Hamas di Gaza.

Indonesia sebagai negara yang memperjuangkan kemerdekaan Palestina, mengutuk balas dendam Israel kepada masyarakat sipil Gaza, dan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menghentikan pertempuran agar krisis tidak meluas dan membahayakan stabilitas dunia.

Artikel Selanjutnya:

RI Naik Kelas, Sri Mulyani Ungkap Dampak Besar Bagi Rakyat!