Data Terbaru Menunjukkan Situasi Ekonomi Indonesia Semakin Memburuk

by -132 Views

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengamati bahwa situasi dunia semakin memburuk. Semua negara, termasuk Indonesia, harus mempersiapkan antisipasi agar tekanan yang akan datang tidak terlalu berat.

“Pertumbuhan kita masih di atas 5%, kita harus bersyukur,” kata Jokowi beberapa waktu lalu seperti yang disiarkan melalui akun YouTube Sekretariat Kabinet pada Jumat (27/10/2023).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui adanya tekanan ekonomi global saat ini, yang disebabkan oleh perang yang terjadi di berbagai wilayah seperti perang Rusia dan Ukraina, serta Israel dan Palestina. Selain itu, juga ada gejolak harga komoditas energi dan pangan yang disebabkan oleh fenomena El Nino, dan tren suku bunga yang tinggi yang berpotensi menyebabkan tekanan ekonomi Indonesia mulai dari kuartal IV-2023.

Dia mengatakan bahwa akibat tekanan global ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah menjadi 4,86% pada kuartal IV-2023, dari asumsi awal sebesar 5,06%. Kemudian, untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi akan melemah menjadi 5,04% dari asumsi awal sebesar 5,09%, dan pada 2024 pertumbuhan ekonomi hanya akan mencapai 5,08% dari asumsi dalam APBN 2024 sebesar 5,2%.

Realisasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) sampai bulan September 2023 masih mengalami tren positif. Surplus APBN mencapai Rp67,7 triliun atau 0,32% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sedangkan keseimbangan primer masih memiliki surplus sebesar Rp389,7 triliun.

Surplus APBN ini didukung oleh penerimaan negara sebesar Rp2.035,6 triliun atau tumbuh 3,1% year on year, sementara belanja negara tumbuh 2,8% year on year menjadi Rp1.967,9 triliun.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2023 mencapai 5,17%. Harapannya, tren positif ini akan berlanjut pada kuartal III dan IV dengan pemulihan ekonomi, meskipun masih di bawah target APBN sebesar 5%.

Inflasi per September 2023 secara tahunan mencapai 2,28%, lebih rendah dari asumsi APBN sebesar 3,6%.

Nilai tukar rupiah saat ini mengalami tekanan besar, hampir mencapai Rp16.000 per dolar AS. Namun, jika dilihat dari awal tahun, rupiah hanya mengalami depresiasi sebesar 1,35%. Secara rata-rata, rupiah berada di level 15.171 per dolar AS, sedikit di atas asumsi sebesar Rp14.800 per dolar AS.

Suku bunga SBN 10 tahun yang diasumsikan dalam APBN sebesar 7,9%, namun pada realisasinya per 24 Oktober hanya sebesar 7,10% (eop) dan 6,59% (eop).

Harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price) tercatat sebesar US$90,1 per barel (eop) dan US$77,69 per barel. Produksi minyak hingga September mencapai 608,6 ribu barel per hari (rbph) dan gas sebesar 954,5 ribu barel setara minyak per hari (rbsmph).

Artikel Selanjutnya:
DPR Kritik 4 Kebijakan Terakhir Jokowi, Ini Jawab Sri Mulyani