Dua ekonomi sepakat bahwa janji pertumbuhan ekonomi yang diutarakan oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud Md sulit untuk tercapai. Mereka menyatakan bahwa target pertumbuhan ekonomi sebesar 7% yang ditetapkan oleh keduanya akan menghadapi tantangan.
Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economics and Law (Celios), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 7% terlalu optimis, bahkan terlalu tinggi. Ia menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menghadapi banyak tantangan, terutama mulai tahun 2024. Pelemahan ekonomi Cina akan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor, investasi, dan pariwisata di dalam negeri. Berfluktuasinya harga komoditas juga sulit diprediksi akan berdampak positif atau negatif bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, pasangan calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud telah mengungkapkan visi-misi mereka, termasuk dalam bidang ekonomi. Mereka menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7%. Target ini menjadi strategi agar Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut melibatkan pengembangan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi ramah lingkungan, serta pertumbuhan industri manufaktur sebesar 7,5-8%.
Bhima menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi tersebut sulit karena fluktuasi harga komoditas yang sulit diprediksi. Harga batu bara dan nikel di pasar internasional belum membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (Indef), juga meragukan target pertumbuhan ekonomi Ganjar-Mahfud. Menurutnya, jarang sekali sebuah negara dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang semendalam itu. Ia mengatakan bahwa sulit untuk menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama pertumbuhan dalam negeri.
Sebagai informasi, Ganjar Pranowo merupakan bakal calon presiden, sedangkan Mahfud Md adalah bakal calon wakil presiden.
