Kabar baik datang dari Amerika Serikat (AS). Ekonomi negara tersebut bergeliat di kuartal ketiga (Q3) 2023 ini.
Data pemerintah Kamis (26/10/2023) menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja membantu meningkatkan belanja konsumen. Sehingga, menunda prospek resesi.
Awalnya, para analis menyuarakan kekhawatiran akan pelemahan ekonomi ketika bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), mulai menaikkan suku bunga dengan cepat tahun lalu untuk melawan inflasi. Namun data yang terlihat menunjukkan bagaimana perekonomian terbesar di dunia tersebut sejauh ini “menentang prediksi tersebut”.
Faktor kuncinya adalah pasar tenaga kerja yang kuat. Ini menghasilkan pertumbuhan upah yang sehat dan memungkinkan konsumen untuk tetap berbelanja meskipun mereka menggunakan tabungan di era pandemi.
Menurut data Departemen Perdagangan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS terbaru mencapai tingkat tahunan sebesar 4,9% untuk periode Juli hingga September. Ini menjadi laju tercepat sejak akhir tahun 2021.
Angka tersebut melanjutkan ekspansi di kuartal kedua (Q2) sebesar 2,1%. Ini jauh lebih tinggi dari perkiraan para analis sebesar 4,0%.
“Peningkatan PDB mencerminkan percepatan belanja konsumen, investasi inventaris swasta, dan belanja pemerintah federal dan beberapa faktor lainnya,” kata departemen itu.
Sejumlah analis mengatakan, Presiden AS Joe Biden berupaya meningkatkan sentimen dengan menangani perekonomian. Pemilu 2024 menjadi penyebab.
“Saya tidak pernah percaya kita memerlukan resesi untuk menurunkan inflasi dan hari ini kita melihat lagi bahwa perekonomian Amerika terus tumbuh bahkan ketika inflasi telah turun,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Hal ini bukti ketahanan konsumen dan pekerja Amerika,” tambahnya sambil menggembar-gemborkan dampak agenda ekonomi yang dia juluki “Bidenomics”.
Meski begitu, pengamat lain melihat pertumbuhan terlalu lambat. Kemungkinan tak akan berkelanjutan.
“Perekonomian AS terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa selama musim panas dengan pertumbuhan lapangan kerja yang sangat kuat dan belanja konsumen yang tidak terduga,” kata Kepala Ekonom EY Gregory Daco.
“Meskipun tanda-tanda kekuatan ekonomi ini akan memicu spekulasi bahwa perekonomian sedang mengalami percepatan kembali, kami tidak memperkirakan momentum kuat seperti ini akan berkelanjutan,” tambahnya dilansir dari AFP.
Sebagian analis percaya pertumbuhan akan melambat dalam tiga bulan terakhir tahun ini.
“Ketika kelebihan tabungan yang dibangun selama pandemi terus menurun dan kenaikan upah melambat, sulit untuk melihat bagaimana laju pertumbuhan belanja konsumen dapat dipertahankan,” kata ekonom Mortgage Bankers Association, Mike Fratantoni.
“Kami sekarang melihat tekanan konsumen terhadap meningkatnya tingkat tunggakan kartu kredit dan pinjaman mobil,” tambahnya.
Kepala ekonom Nationwide Kathy Bostjancic juga mengatakan selain penurunan tabungan, perolehan lapangan kerja kemungkinan juga akan melambat. Sementara suku bunga pinjaman semakin meningkat bagi konsumen dan dunia usaha.