Peneliti BRIN Menjelaskan Faktor Penyebab Suhu Tinggi Tidak Berkaitan dengan El Nino

by -224 Views

Indonesia saat ini mengalami cuaca panas yang ekstrem dan kekeringan, dengan suhu maksimum mencapai 40 derajat Celcius. Kota Semarang dan Kertajati dilaporkan menjadi dua wilayah dengan suhu maksimum tertinggi belakangan ini.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kondisi ini disebabkan oleh fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang menyebabkan peningkatan suhu dan berkurangnya pembentukan awan hujan di selatan khatulistiwa. Anomali kenaikan suhu permukaan laut El Nino di Samudra Pasifik juga turut mempengaruhi cuaca panas ini. Ditambah dengan angin yang lebih kering dari Australia, musim kemarau kali ini lebih parah daripada biasanya.

Namun, hasil kajian dan diskusi para peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional menemukan fakta bahwa cuaca panas di Indonesia saat ini belum sepenuhnya dipengaruhi oleh El Nino. Menurut Erma Yulihastin, Ketua Tim Variabilitas, Perubahan Iklim, dan Awal Musim Badan Riset dan Inovasi Nasional, kekeringan saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh IOD positif daripada El Nino. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih akan mengalami penguatan El Nino atau belum memasuki fase penurunan dalam siklus hidup El Nino.

Perjalanan siklus hidup El Nino dimulai dari Samudra Pasifik bagian timur dekat Peru dan perlahan menjalar ke arah barat menuju Papua. Pada saat ini, anomali suhu tertinggi masih terjadi di Samudra Pasifik bagian timur. Namun, lidah El Nino tersebut sedang menjalar menuju bagian barat, yaitu Papua. Oleh karena itu, intensitas El Nino di Indonesia akan mencapai puncaknya sekitar bulan November 2023-Februari 2024.

Meskipun demikian, Erma mengingatkan bahwa El Nino tahun ini bertepatan dengan peningkatan suhu bumi 1,5 derajat Celcius. Oleh karena itu, intensitas El Nino di wilayah Indonesia berpotensi tinggi dan bertahan lama, seperti halnya El Nino tahun 2015 yang dikenal sebagai “Gorila El Nino”. Para peneliti masih menunggu untuk melihat apakah Indonesia akan mengalami fenomena yang serupa kali ini.

Dari pemodelan yang dilakukan oleh Bureau of Meteorology (BOM) Australia, intensitas El Nino berpotensi semakin menguat dan bertahan lama mendekati wilayah Papua. Namun, pemodelan lain menunjukkan bahwa El Nino akan menurun pada bulan Februari 2024. Oleh karena itu, faktor pemanasan global juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam memahami intensitas El Nino di Indonesia.