Pemimpin-pemimpin Arab pada pertemuan di Kairo mengutuk serangan Israel terhadap Gaza, tetapi pertemuan tersebut tidak menghasilkan solusi untuk meredakan konflik di daerah tersebut. Mesir, sebagai tuan rumah pertemuan tersebut, berharap para peserta dapat meminta perdamaian dan melanjutkan upaya Palestina untuk mendapatkan status negara yang mereka kejar selama bertahun-tahun. Namun, tidak ada kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin dan menteri luar negeri dalam pernyataan bersama setelah konflik yang melibatkan ribuan korban jiwa dan menjadi bencana kemanusiaan di Gaza. Para diplomat yang hadir dalam perundingan tidak optimis bahwa terobosan dapat dicapai, terutama ketika Israel mempersiapkan invasi darat ke Gaza untuk menghancurkan kelompok Hamas yang telah menyerang pada bulan Oktober. Negara-negara Arab dan Muslim menyerukan berakhirnya serangan Israel, sementara negara-negara Barat lebih fokus pada penyediaan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil. Raja Yordania Abdullah mengkritik keheningan global terhadap serangan Israel dan mendesak pendekatan yang adil terhadap konflik Israel-Palestina. Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan bahwa warga Palestina tidak akan terusir dari tanah mereka. Negara-negara seperti Prancis, Inggris, Jerman, dan Italia juga mengungkapkan pandangan mereka terkait konflik tersebut. Amerika Serikat, sekutu dekat Israel, mengirimkan utusannya tanpa berpidato di depan umum dalam pertemuan tersebut. Israel bertekad untuk menghancurkan kelompok militan Hamas yang didukung Iran sebagai balasan atas serangan dari kelompok tersebut. Mereka juga memerintahkan warga Palestina untuk pindah ke selatan Gaza demi keselamatan mereka sendiri. Selain itu, ada beberapa artikel terkait konflik di Timur Tengah yang dapat dibaca lebih lanjut.