RI-Australia Dorong Pengurangan Sampah Plastik Pakai Inovasi

by -115 Views

Delapan inovasi pengurangan sampah dipaparkan di Indo-Pacific Plastics Innovation Network (IPPIN) – Indonesia Hub Demo Day di Shangri La, Jakarta, Rabu (18/10/2023). Karya tim wirausahawan dan peneliti Indonesia hingga Australia ini merupakan hasil pelatihan intensif selama delapan minggu melalui program Akselerator IPPIN.

Akselerator IPPIN adalah program pelatihan intensif untuk mengasah ide-ide dan membangun kesiapan pasar terkait pengelolaan sampah. Program ini lahir dari Plastics Innovation Hub Indonesia, sebuah kemitraan antara badan sains nasional Australia (CSIRO), Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Kedaireka Kemendikbudristek RI, dan Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia.

Indo-Pacific Plastics Innovation Network sendiri merupakan bagian dari Misi Mengakhiri Sampah Plastik CSIRO. IPPIN berupaya untuk mengurangi 80 persen sampah plastik yang masuk ke lingkungan Australia pada 2030. Sedangkan Plastics Innovation Hub Indonesia mendorong pendekatan inovatif untuk mengurangi sampah plastik dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Pada Demo Day, para peserta pelatihan unjuk solusi dan respons atas masalah-masalah sampah plastik dan dampaknya. Salah satunya yakni Circle 8 Clean Technologies, inovasi tong sampah pintar dengan kecerdasan buatan (AI) hemat energi yang diperuntukkan bagi konsumen, pemerintah, dan organisasi.

Mark Grogan, Direktur Circle 8, menjelaskan bahwa smart bin ini memungkinkan penggunanya memahami penting dan asyiknya daur ulang maupun pengurangan limbah. Caranya yakni dengan kemudahan teknologi manajemen sampah, program loyalitas, dan insentif bagi pengguna.

Sementara itu, inovasi Stream menyediakan inovasi database komprehensif berisi titik-titik rawan sampah plastik dan data konsumsinya. Dengan demikian, inovasi ini menangkis tantangan seperti data yang tidak bisa diandalkan, kurangnya kemampuan penelusuran lebih jauh, pengelolaan sampah yang tidak memadai, pengetahuan terbatas tentang komposisi plastik, dan kurangnya kolaborasi.

Aprilia Nidia, periset dari Stream, menjelaskan bahwa inovasi ini memungkinkan pemerintah, organisasi, dan dunia usaha menggunakan database-nya untuk jadi dasar informasi pembuatan kebijakan. Di samping itu, berbagai penggunanya jadi bisa menargetkan pasar tertentu, dan mempromosikan alternatif yang berkelanjutan.

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM menuturkan, kerja sama bilateral Australia-RI ini bertujuan untuk mengembangkan ekonomi sirkular.

“Sebagai tetangga dekat, Australia dan Indonesia mendapat manfaat dari kerja sama dalam mengatasi sampah plastik,” kata Williams.

“Para praktisi di sepanjang rantai nilai plastik di Australia dan Indonesia menghadapi tantangan kritis dalam mengurangi sampah plastik dan mengurangi emisi gas rumah kaca. Sangat menginspirasi untuk melihat beberapa solusi terukur yang diluncurkan pada IPPIN Demo Day tahun ini,” imbuhnya.

Direktur CSIRO Asia Tenggara, Amelia Fyfield menuturkan, program IPPIN memakai pendekatan sistemik untuk mengatasi polusi plastik dan mendukung adaptasi iklim. Upaya ini menurutnya penting untuk solusi jangka panjang, tidak sekadar solusi jangka pendek.

“Dengan perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dan lebih sering terjadi di wilayah kita, kebocoran sampah plastik ke saluran air dan saluran drainase di pusat-pusat kota menyebabkan penyumbatan kronis, yang mengarah pada peningkatan insiden banjir. Pengerukan menawarkan solusi jangka pendek, tetapi tindakan jangka panjang untuk mencegah penumpukan sampah plastik sangatlah penting,” kata Fyfield.

Ia menambahkan, usaha menciptakan ulang industri plastik yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak perubahan iklim senada dengan 175 negara yang mendukung kesepakatan PBB tentang pengelolaan plastik pada 2024.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek) Kemendikbudristek RI Prof Nizam menuturkan, IPPIN Demo Day menjadi platform showcase aksi, solusi, dan teknologi yang merespons sampah di Australia hingga Indonesia.

“Pada Demo Day tahun lalu, Plastics Innovation Hub Indonesia memperkenalkan kami pada solusi dan teknologi pertanian Australia-Indonesia yang dapat terurai secara hayati, berpotensi mengubah mata pencaharian para pemulung di Indonesia,” kata Nizam.

“Kami bangga menjadi bagian dari program ini dan akan terus menghubungkan universitas dan industri untuk membangun masa depan yang lebih baik,” imbuhnya.

Sri Indrastuti Hadiputranto, Ketua Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia mengatakan, program IPPIN berperan penting untuk membina pengusaha baru dan startup, khususnya dalam mengembangkan solusi jangka panjang untuk masalah plastik.

“Demo Day merupakan langkah penting dalam perjalanan program Akselerator IPPIN – untuk menguji kesiapan pasar para tim dan membantu tim yang paling berpotensi, untuk meningkatkan dampaknya dalam membuat perubahan yang berkelanjutan dalam ekosistem plastik,” kata Indrastuti.